Sinopsis Shakuntala ANTV Episode 68 - Sinopsis Shakuntala Antv

Monday, February 23, 2015

Sinopsis Shakuntala ANTV Episode 68

Sinopsis Shakuntala ANTV Episode 68. Dushyant yang cemas melihat Shakuntala dengan emosi memukul pintu gudang agar bisa keluar, semakin cemas saat jari Shakuntala terluka. Saat mau melihat lukanya, Shakuntala malah menyentakkan tangannya, ga mau dan bilang biarkan saja, tak apa-apa. Dushyant semakin kesal karena Shakuntala begitu benci padanya.

Dengan menahan sakit, Shakuntala membalikkan badannya, membelakangi Dushyant, “Kau sama sekali tak perlu mencemaskan aku. Ini hanyalah luka biasa dan akan segera sembuh. Tapi, luka yang ada dihatiku, mungkin tidaka akan pernah sembuh, mungkin tak akan ada orang yang bisa melihat seberapa sakitnya luka yang ada di dalam hatiku”.

Dushyant mendengarkan Shakuntala dengan wajah tak tega. Tapi karena sudah ‘diracuni’ informasi yang salah oleh Kalki, ia tak paham maksud kata-kata Shakuntala itu, ia ingin memastikan, “Apakah yang mau kau katakan, katakan dengan jelas”.

Shakuntala pun berkata, “Anggap saja kami ini orang sederhana, penuh dengan perasaan, dan setiap hal kami anggap serius. Dan kami tak pernah berpikir lagi, apakah lawan bicara kami benar, ataukah salah”, Shakuntala menekankan ucapannya pada kata salah. Ia kemudian menahan rasa sakit di jarinya yang terluka. Dushyant yang mendengarkan di belakangnya, kebingungan meresponnya. Ia mau mengangkat tangan untuk memegang bahu Shakuntala, bahwa ia berbohong sebelumnya punya alasan. Tapi batal, karena Shakuntala membalikkan badannya dan menunjukkan wajah kesakitan.

Dushyant tertunduk. Shakuntala dengan air mata berlinang berkata lagi, “tapi, selain kekurangan ini, ada satu kelebihan pada diri kami. Bila kami melakukan kesalahan, baik sengaja ataupun tak sengaja, kami akan segera meralatnya”. Dushyant sudah paham arah pembicaraan Shakuntala, ia pun berkata, “dengar, aku tau apa yang terjadi itu salah, tapi itu sudah terjadi. Tapi sebelum menuduh aku bersalah, beri aku satu kesempatan untuk menjelaskannya. Setelah itu kau boleh mengambil keputusan, apalagi,,”.

Shakuntala langsung memotong ucapan Dushyant, “Biarkan saja Pangeran Dushyant. Aku tak perlu mendengarkan penjelasanmu. Lagipula, aku ingin melupakan,,, kejadian yang dulu”, Shakuntala dadanya mulai sesak menahan tangis, ia melangkah kembali ke tempat dia duduk sebelumnya. Dushyant kembali menelan kekecewaan karena Shakuntala tetap tak memberi kesempatan untuknya menjelaskan. Ia kecewa, melihat ke arah Shakuntala, berpikir.

Shakuntala yang posisinya membelakangi Dushyant, meniup jarinya tanpa kentara sambil menahan rasa nyeri sekaligus sakit hati. Shakuntala terkejut saat Dushyant mendatanginya dengan wajah sangat marah. Shakuntala ketakutan. Dushyant menatap mata Shakuntala, meraih tangan Shakuntala yang terluka sambil terus menatap mata Shakuntala sambil menahan emosinya. Shakuntala dalam takutnya bersuara, “Apa yang kau lakukan, lepaskan tanganku. Aku bilang, lepaskan tanganku Pangeran Dushyant”.

Dushyant tak menjawab, ia terus menatap Shakuntala, mengeluarkan saputangan miliknya, membalutkannya ke jari Shakuntala yang terluka, tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Shakuntala. Shakuntala melihat jarinya yang sudah terbalut dengan kaget. Ia menatap mata Dushyant sekarang. Dushyant melepaskan tangannya yang memegang tangan Shakuntala, menatap tajam Shakuntala, berkata, “aku tak tau siapa yang salah pada kejadian itu. Tapi kami para Pangeran, tak sejahat seperti yang kau kira. Kami juga sama seperti kalian”. Shakuntala menatap mata Dushyant tetap dengan mata berkaca. Dushyant melangkah kembali ke dekat pintu, meninggalkan Shakuntala yang terus menatapnya. Dushyant merasakannya, ia membalikkan badan, balas menatap Shakuntala dengan wajah sedih dan kecewa, kemudian menundukkan pandangannya. Shakuntala membalikkan badan, membelakangi Dushyant.

Di kuil, Ratu tersenyum memperhatikan Kalki yang membantunya. Sementara Kalki dengan wajah kecut sibuk memikirkan kemungkinan yang terjadi, “jangan-jangan Dushyant dan Shakuntala sudah bertemu kembali, dan kalaupun mereka sudah bertemu, apa mereka sudah berbaikan? Heeeh. Tapi mereka pergi kemana setelah baikan, haaaaahh, jangan-jangan melarikan diri. Huuuf,, tapi mau melarikan diri kemana,, di hutan, haa, di ashram”, mata Kalki terbelalak memikirkan kemungkinan terkahir itu.

Ratu heran melihat Kalki, “Ada apa Kalki, kau bicara dengan siapa”. Kalki menoleh dengan wajah bengong, kemudian meyakinkan, “Tidak, tak ada apa-apa, aku hanya berpikir, ee, kalung ini mau dipasangkan dimana”. Ratu tersenyum. Prajurit datang. Permaisuri langsung bertanya, “Ada apa, apa kau lihat Shakuntala”. Prajurit menjawab, “Tidak ibu Ratu, yang kami tau, gudangnya dikunci”. Ratu tertunduk bingung, “dikunci? kalau begitu, kemana Shakuntala pergi. Sepertinya aku harus mengeceknya sendiri”. Ratu bangkit. Kalki langsung bersuara, “Aa,, Aku juga mau ikut”. Ratu mengangguk.

Mereka melangkah ke luar, memeriksa. Di lorong bertemu pelayan Ratu menanyakan apa dia melihat Shakuntala. Pelayang bilang tidak. Kalki menambahkan pertanyaan apa pelayan lihat Pangeran Dushyant. Pelayang menjawab sama, tidak. Ratu dan Kalki melanjutkan langkah. Mereka bertemu Gauri yang memperhatikan wajah ibunya yang cemas, “Ada apa Bu?”. Ratu menjelaskan, “Tadi aku menyuruh Shakuntala untuk mengambilkan patung Shiwa di gudang. Entah dia pergi kemana. Dan Dushyant juga tak kelihatan. Kami sedang mencarinya sekarang”. Kalki terkejut, “Aku juga ikut mencarinya”. Ratu mengangguk.
Comments


EmoticonEmoticon